Taruna Ikrar yang pernah menjabat sebagai ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Makassar hijrah ke Jakarta pada 1997 setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Hasanuddin. “Saya ke Jakarta untuk menemui Pak Jusuf Kalla (JK) karena beliau senior di HMI,” kata pria yang mematenkan High Precision and Fast Functional Mapping of Cortical Circuitry Through A Combination of Voltage Sensitive Dye Imaging and Laser Scanning Photostimulation (2011) ini kepada KORAN SINDO saat dijumpai di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Atas permintaan JK, Taruna naik kapal laut pengangkut barang dengan menempuh perjalanan lima hari lima malam dari Makassar ke Jakarta. Padahal, Taruna mampu membeli tiket pesawat. Dia mengaku tidak tahu mengapa JK menyuruhnya naik kapal. “Mungkin untuk menguji saya. Tapi, saya nikmati perjalanan itu,” tutur ilmuwan muda yang memiliki lebih dari 40 temuan ini.
Hingga kini Taruna tak pernah menanyakan kepada JK alasan sebenarnya kenapa memintanya datang ke Jakarta naik kapal laut. Kapal barang pula. JK pun tak pernah menyinggung itu. Taruna saja yang menyimpulkan bahwa permintaan tersebut adalah cara JK untuk menguji dan menempa mentalnya. Saat ini Taruna dan istrinya, Elfi Warda Ningsih, serta dua anak mereka menetap di California, Amerika Serikat.
Taruna Ikrar merupakan pemegang paten metode pemetaan otak manusia–– dipatenkan 2009. Sekarang dia tengah fokus pada investigasi fungsi otak manusia serta hubungannya dengan sirkuit otak dan berbagai jenis penyakit otak. Misalnya alzhaimer, parkinson, paralyses (kelumpuhan), serta ketergantungan narkotika dan psikotropika. Setelah fungsional sejumlah penyakit itu diketahui, barulah teknik pengobatan terbaru seperti terapi gen dan terapi sel punca bisa diterapkan. Dia memopulerkan sistem AlstR (allatostatin receptor) dalam tulisan yang telah dipublikasikan di jurnal Frontiers of Neural Circuitedisi 20.
Taruna memiliki obsesi untuk membangkitkan daya saing bangsa melalui Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) yang didirikan bersama sejumlah temannya pada 2009. Mantan kepala Puskesmas Jatinegara saat berstatus dokter pegawai tidak tetap (PTT) ini ingin Indonesia pada masa depan diperhitungkan di pentas global karena kualitas penduduknya yang tinggi. ”Organisasi I4 diharapkan menjadi jejaring bagi para ilmuwan asal Indonesia yang tersebar di dunia,” kata anak kelima dari 10 bersaudara ini.
Sumber artikel dan foto: Koran Sindo