Tim Maritime Challenge Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya atau biasa disingkat MCI mengharumkan nama Indonesia di ajang Atlantic Challenge International (ACI) yang berlangsung dari tanggal 19 – 27 Juli 2014, di Golfe du Morbihan, Prancis.
Satu-satunya tim asal Indonesia tersebut berhasil meraih juara pertama pada kategori lomba Oar and Sail dan Ropework Test serta membawa pulang penghargaan Spirit of Atlantic Challenge.
Oar and Sail
Butuh perjuangan bagi Tim MCI untuk meraih kemenangan dalam lomba campuran antara dayung dan layar itu. Sebab di awal, mereka memulai pertandingan dengan kurang baik. Pada putaran pertama, mereka tertinggal di posisi belakang.
“Untungnya terdapat tiga kali putaran. Sehingga pada putaran selanjutnya tim berhasil menyusul tim Italia, Amerika, Belgia, hingga Britania Raya,” ujar salah seorang anggota MCI Natya Bestari, seperti dikutip dari ITS Online, Kamis (24/7/2014).
Memasuki putaran terakhir, pertandingan berlangsung sangat sengit. Tim Indonesia harus berjuang ekstra keras untuk mengatasi perlawanan hebat dari tim Italia dan Amerika.
Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk tetap fokus dan menjaga ritme penampilan. “Coxswain (komandan) memberi komando agar tim tetap kompak dan tidak membuat kesalahan,” tuturnya.
Usaha mereka pun berbuah manis. Tempo dayung yang semakin dipercepat menjelang garis finish, mengantarkan tim Indonesia menjadi tim pertama tiba. Tim kebanggaan kampus perjuangan ini berhasil meninggalkan tim-tim asal Eropa dan Amerika yang sejak awal pertandingan memberikan tekanan.
Spirit of Atlantic Challenge:
Pada akhir kompetisi , tim MCI meraih penghargaan Spirit of Atlantic Challenge. Tidak hanya ITS, penghargaan itu juga diberikan kepada tim dari Lithuania.
”Saat pengumuman, disebutkan dua negara peraih tropi penghargaan Spirit of Atlantic Challenge, yaitu Indonesia dan Lithuania. Inilah yang menjadikan ACI 2014 sedikit lebih spesial, karena dua negara mendapat penghargaan yang sama,” ujar salah seorang anggota MCI Natya Bestari, seperti dinukil dari ITS Online, Selasa (5/8/2014).
Natya memaparkan, penghargaan ini dinilai paling tinggi karena diberikan pada tim yang benar-benar menjalani lomba sesuai filosofinya. ”Tidak hanya bertanding di race, namun juga menjalankan tradisi boat building, fairplay, dan menjalin pertemanan antarnegara,” paparnya.
Penghargaan ini merupakan kali ketiga yang diraih oleh MCI dalam ajang ACI Atlantic Challenge. Penghargaan tersebut pertama kali diraih tim pada 2002 yang digelar di Rockland-USA dan selanjutnya pada 2012 di Bantry-Irlandia. Baru Tim Indonesia yang berhasil meraih penghargaan ini sebanyak dua kali berturut-turut.
Natya menyebut, pada ajang yang digelar setiap dua tahun sekali itu, terdapat lima kategori tropi penghargaan. Kelima penghargaan tersebut meliputi:
- Atlantic Challenge Trophy
- John Kerr Trophy
- Spirit of Atlantic Challenge Trophy
- Lance Lee Trophy dan
- L’Esprit.
”Penghargaan ini menjadi begitu prestisius karena penilaian dilakukan dengan cara voting dari peserta dan panitia. Peserta tampak sangat senang karena kompetisi sudah selesai. Mereka saling membaur meskipun dari negara dan budaya yang berbeda-beda,” tutur mahasiswi Jurusan Teknik Sistem Perkapalan itu.
Tentang Atlantic Challenge:
Every other year Atlantic Challenge International sponsors a friendly contest of seamanship in Bantry Bay gigs, held in a different host country. We seek to build trust among nations and form a community of youth and adults from many countries, while encouraging the practice of traditional maritime skills.
Lance Lee(USA) and Bernard Cadoret(France) initiated Atlantic Challenge in 1986, when gigs from these two countries competed under the statue of liberty. Since, we have grown to over 12 nations, and over 55 Bantry Bay gigs have been built worldwide.
The Bantry Bay gigs are elegant wooden replicas of late 18th century longboats, and are modelled after an existing original gig left behind in Bantry Bay Ireland by the invading French fleet of 1796. These boats are well suited to their purpose, because of their beauty, exhilarating performance, and complexity of operation. Many have been built as community projects with youth and adults working side by side.
During the contests teams are housed and fed together in a local school or campground. Besides their daily efforts on the water, team members from different countries have ample time to spend together, and many form lifetime friendships with their international peers.
Disarikan dari berbagai sumber oleh M. Misdianto
Referensi: