Pagi menjelang siang cuaca di Bali kian terik. Deru ombak pantai terdengar sayup mengiri perjalanan tim Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) menuju bandara. Perjalanan Bali – Kupang menempuh waktu sekitar empat jam melalui jalur udara. Di kota Maumere pesawat melakukan transit selama beberapa menit. Di ketinggian sekitar ribuan kaki dari permukaan laut, melalui jendela pesawat tampak keindahan laut Nusa Tenggara Timur (NTT). Gradasi warna biru dan hijau serta daratannya berpadu sangat indah.
Tepat setelah pesawat mendarat, hujan gerimis menyambut hangat kedatangan tim I-4 di kota Kupang. Di bandara tim sudah dinanti oleh Pak Budi, begitu beliau biasa akrab disapa. Beliau sengaja datang menjemput tim I-4 disana. Keramahan dan kesahajaannya tampak dalam kesan pertama perjumpaan kami.
Udara Kupang terasa begitu hangat. Pak Budi mengantarkan kami ke sebuah hotel bernuansa Meksiko yang tak jauh dari bandara berlokasi, sebelum melanjutkan sedikit berkeliling kota Kupang. Selama perjalanan tersebut, tim I-4 mencoba mengamati apa saja yang bisa dilihat secara kasat mata. Kupang mungkin bukan termasuk kota besar, namun terlihat perkembangannya cukup pesat. Hal ini bisa dilihat dari bercokolnya bangunan pertokoan sebagai salah satu pusat ekonomi. Pembangunan infrastruktur pun mulai menggeliat.
Beruntung sekali tim I-4 datang ke Kupang di musim penghujan ini sehingga bisa menikmati hijaunya pepohonan yang rindang di hampir setiap sisi jalan, begitu papar pria asal Yogyakarta tersebut. Ayah tiga bersaudara itu mengajak tim I-4 singgah di salah satu rumah makan Jawa Tengah. Sambil menikmati hidangan, pak Budi berbincang mengenai berbagai hal, khususnya yang berkenaan dengan kiprah beliau di Kupang.
Tim I-4 datang ke Kupang bukannya tanpa tujuan. Roslin, sebuah Yayasan yang mengelola panti asuhan dan sekolah menjadi kunjungan utama sekaligus kunjungan perdana dinas Ketua Umum terpilih. Salah satu panti asuhan yang berlokasi di timur Indonesia ini menarik perhatian banyak orang. Berkat keuletan serta kegigihan pak Budi dan rekan-rekannya, Panti Asuhan Roslin tumbuh berkembang menjadi panti asuhan yang mandiri.
Dulu, sebelum berkembangnya Kupang, waktu tempuh dari kota ke panti atau perkebunan hanya memakan waktu sekitar lima belas menit. Sekarang, seiring laju pertumbuhan pembangunan dan bertambahnya jumlah kendaraan waktu tempuhnya bisa tiga puluh menit atau lebih, begitu menurut penuturan pensiunan salah satu maskapai ternama dunia ini. Sepanjang perjalanan beliau memberikan sedikit informasi tentang area yang kami lalui dan dengan rasa bangga menunjukkan beberapa lahan miliknya yang sudah beliau hibahkan untuk kemaslahatan panti.
Setibanya di salah satu perkebunan milik Yayasan Roslin. Pak Budi mengajak tim I-4 masuk menyisiri lahan dimana beliau dan para anak asuhnya bercocok tanam. Langkah kami disambut hangat oleh seekor anjing peliharaan beliau yang biasa berkeliaran di area kebun. Pemandangan hijau yang menyegarkan sungguh memanjakan mata. Beberapa tanaman tumbuh subur di lahan yang kata orang kebanyakan tidak bisa digunakan.
Sembari menapaki lahan perkebunan, pak Budi menjelaskan bagaimana proses terbentuknya perkebunan tersebut tahap demi tahap. Kontur tanah Kupang yang berupa bebatuan karang membuat sebagian besar orang enggan bahkan putus asa untuk melakukan kegiatan bercocok tanam. Namun, tidak dengan sosok pria yang satu ini. Berdasarkan wawasan keilmuan dan pengalaman jam terbang ke beberapa daerah, baik nusantara maupun mancanegara selama menjadi pilot, membuat beliau menjadi sosok yang out of the box.
Pada awalnya beliau bercocok tanam dengan metode poting, yaitu menanam tanaman di pot dengan tetap mengedepankan prinsip organik. Beliau mengolah kotoran ternak dengan sedemikian rupa sehingga nantinya bisa digunakan sebagai pupuk. Pupuk tersebut dicampur dengan tanah pasir dan juga sekam padi yang sudah dibakar, setelah proses pencampuran bahan tersebut dapat difungsikan sebagai media tanam. Orang pun dapat melihat di area lahan jumlah pot yang tidak sedikit. Pot-pot tersebut ditanami cabe rawit, tomat, dan lainnya.
Untuk menghemat penggunaan pot, selanjutnya pak Budi mengembangkan teknik bedeng, yaitu menanam tanaman di lahan yang dipetak-petak. Tentunya dengan harapan bisa menanam lebih banyak benih ketimbang di pot. Ada beberapa jenis tanaman yang ditanam di bedeng tersebut, diantaranya terong, sereh, sawi, jagung, kelor, dan lainnya. Beberapa tanaman yang ada di perkebunan milik Roslin tersebut umumnya sudah mengalami masa panen, bahkan ada yang sudah tiga kali panen. Hasil panen dari tanaman-tanaman tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga sendiri.
Pak Budi dan para anak asuhnya yang sudah cukup usia bahu membahu dalam mengelola perkebunan. Setiap pagi dan sore hari tanaman tersebut disirami, kecuali bila hujan turun. Bila masa panen tiba, mereka memetik hasilnya guna memenuhi kebutuhan pangan. Dalam hal ini, pak Budi ingin menerapkan swasembada dan ketahanan pangan bagi panti yang ada dalam kepengurusannya. Selain perkebunan, panti asuhan Roslin juga memiliki peternakan, diantaranya peternakan babi.
Di samping beberapa tanaman yang sudah disebutkan diatas, ada juga tanaman yang tumbuh dari hasil perkawinan silang antara nangka dan cempedak, sebut saja nangkadak. Bentuk buahnya seperti nangka, tekstur kelenturannya lebih mirip cempedak, dan aroma serta rasa buahnya adalah perpaduan keduanya. Karena kelenturannya, kita tidak perlu menggunakan pisau untuk membuka nangkadak, cukup dengan menggunakan tangan kosong saja. Dan kadar kolesterol dari nangkadak konon lebih rendah dari nangka.
Walaupun senja telah masuk dan matahari telah terbenam, hal itu tak menyurutkan semangat beberapa anak panti yang masih sibuk menyirami tanaman. Ada juga diantara mereka yang sedang memetik beberapa sayuran yang akan dimasak. Di sebuah bangunan yang terletak di area perkebunan, tim I-4 duduk berbincang bersama dua orang tamu lainnya yang berasal dari Amerika dan Singapura sambil menikmati nangkadak yang dipetik dari kebun.
Keesokan harinya tim I-4 pindah ke hotel yang terletak tak jauh dari laut sehingga dari jendela kamar pun dapat dinikmati keindahan birunya laut di timur Nusa Tenggara. Di pesisir pantai, terlihat sebuah mesjid berlantai dua dengan arsitektur yang sederhana itu merupakan tanda bahwa umat Islam bisa hidup rukun dan berdampingan di tengah mayoritas Kristiani. Para jamaah tampak khusyuk mendengarkan khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Khatib saat itu, yang temanya masih erat dengan peristiwa bom Jakarta yang terjadi pada hari sebelumnya.
Di pinggir pantai juga terdapat gubug-gubug yang sengaja difungsikan sebagai tempat penjualan ikan. Beberapa jenis ikan dengan bermacam ukuran dijajakan disana. Ada kakap merah, kakap kuning dan lainnya. Ikan-ikan tersebut tampak segar karena hasil tangkapan langsung para nelayan. Kawasan timur Indonesia termasuk Kupang memiliki potensi laut yang cukup baik. Tentunya hal ini masih perlu pengelolaan yang baik dari pemerintah setempat dan pusat.
Sore harinya, tim I-4 melakukan kunjungan ke panti asuhan Roslin. Tampak dua remaja putri membukakan pintu gerbang dan menyambut dengan penuh hormat. Sore itu anak-anak panti sedang berkumpul di teras menunggu giliran waktu mandi. Kurang lebih ada sekitar seratus anak yang tinggal di panti. Terdiri dari usia balita hingga usia remaja.
Riuh gemuruh canda tawa dan celoteh anak-anak menghiasi suasan panti. Pak Budi mengenalkan tim I-4 kepada para anak asuhnya. Tim kemudian bercengkrama bersama mereka dengan mengadakan game berhadiah. Wajah mereka yang lugu namun bersemangat sangat mengharukan. Mereka mempersembahkan beberapa lagu koor, salah satunya adalah himne Roslin.
Setelah itu tim berpamitan dengan para penghuni panti dan menuju lokasi sekolah Roslin yang tidak terlalu jauh dari panti. Di sana terlihat bangunan sekolah dari sudut ke sudut. Untuk saat ini bangunan berlantai dua tersebut difungsikan untuk kegiatan belajar mengajar untuk anak usia sekolah dini dan dasar. Bangunan tersebut terdiri dari beberapa ruangan. Beberapa difungsikan untuk kelas. Ada ruangan sedikit lebih lebar yang digunakan untuk makan. Dan, menariknya lagi ada ruangan yang khusus disediakan untuk anak-anak berganti pakaian. Di dalamnya terdapat beberapa perlengkapan sekolah seperti seragam dan sepatu. Ada juga beberapa tempat tidur yang diperuntukan bagi anak-anak yang ingin beristirahat siang.
Adapun beberapa ruangan yang berada di lantai dua digunakan untuk ruang komputer, guru, dan perpustakan. Di sekitar sekolahan juga terdapat beberapa tanaman diantaranya nangkadak dan semangka yang dapat dikonsumsi untuk para penghuni panti. Di salah satu halaman sekolah terdapat playland, meski sudah agak lusuh catnya namun masih nampak kokoh merupakan hiburan bagi anak-anak usia dini terletak rapih. Tepat di depan sekolah terdapat lapangan basket yang masih belum rampung pengerjaannya.
Seperti yang diinformasikan pengelola, yang bersekolah di Roslin bukan hanya anak panti tetapi juga anak dari luar, dan mereka semua bebas biaya. Karena alasan kebersihan, mereka yang bersekolah dimandikan terlebih dahulu dan dipakaikan seragam lengkap sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Setelah itu mereka diberi sarapan sehat dan selanjutnya memulai kegiatan belajar. Mereka bersekolah dari jam sepuluh pagi hingga siang, kemudian sore hari mereka kembali bersekolah sampai dengan selesai.
Pada malam hari, pak Budi mengajak tim I-4 untuk menyaksikan anak-anak panti berlatih drama musikal berbahasa Inggris. Sesampainya disana, anak-anak sudah duduk rapih sembari membaca dan menghafal teks naskah yang telah dibagikan sebelumnya. Drama musikal ini merupakan kerja sama antara rekan dari Singapura dan sekolah Roslin, yang rencananya akan dipentaskan di Jakarta bulan September tahun 2016 ini.
Pak Budi begitu bersemangat menemani dan membimbing mereka dalam berelatih.
Walaupun anak-anak terlihat kelelahan dan sedikit mengantuk, mereka tetap bersemangat dalam berlatih. Gelak tawa mewarnai acara berlatih mereka bilamana ada salah satu dialog atau adegan yang kurang tepat. Kami hanya bisa tersenyum gembira menyaksikan semangat mereka dalam berlatih. Rasanya waktu bergulir begitu cepat, kami pun berpamitan lepas mereka selesai berlatih drama musikal.
Dalam kesempatan tersebut, tim I-4 memberikan beberapa masukan kepada pengelola Yayasan Roslin. Seperti yang tim I-4 amati di lapangan, di perkebunan tersebut alangkah baiknya bila dibuat pemetaan tentang letak tanaman yang ada, juga perlunya papan penamaan tanaman atau profil tanaman sehingga memudahkan untuk mengenalinya. Adapun tenaga pekerja atau pembantu yang cukup jumlahnya dapat membantu dalam pemeliharaan gedung panti, gedung sekolah, sarana dan prasarana panti dan sekolah Roslin. Juga, mengurus anak-anak panti usia balita yang membutuhkan penanganan khusus. Dengan demikian, panti asuhan dan sekolah Roslin diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi, dan menjadi kiblat bagi panti asuhan dan sekolah lainnya baik di indonesia maupun di negara lainnya.
Oleh: Cahyadi – Sekretaris Ketua Umum I-4